Catatan siBidin

Pages

  • Beranda

Followers

Label

  • Cerita Motivasi
  • Istilah-Istilah
  • Menjaga Stamina Pemain Sepakbola
  • Sport

Blog Archive

  • ►  2014 (5)
    • ►  07/20 - 07/27 (2)
    • ►  03/16 - 03/23 (2)
    • ►  02/02 - 02/09 (1)
  • ▼  2013 (8)
    • ▼  10/13 - 10/20 (8)
      • Gadis Kecil Dan Kotak Emas
      • Sejarah AC MILAN
      • Berimajinasi, bermain dan belajar
      • Tentang Nomor punggung
      • Anjing Kecil
      • Bersabar Menunggu Panggilan
      • Berfokus Pada Kelebihan Diri
      • Apa Yang Kita Sombongkan?
Jumat, 18 Oktober 2013
In: Cerita Motivasi

Gadis Kecil Dan Kotak Emas



Di sebuah keluarga miskin, seorang ayah tampak kesal pada anak perempuannya yang berusia tiga tahun. Anak perempuannya baru saja menghabiskan uang untuk membeli kertas kado emas untuk membungkus sekotak kado.
Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang ayah.

“Ini untuk ayah,” kata anak gadis itu.

Sang ayah tak jadi marah. Namun ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya.

“Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!”

Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, “Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu.”

“Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?” bentak ayahnya.

“Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu,” bisik anak perempuan itu.

Sang ayah terperangah mendengar jawaban anak perempuan kecilnya. Ia lalu memeluk erat-erat anak perempuannya dan meminta maaf.

Konon, orang-orang menceritakan bahwa, pria itu selalu meletakkan kotak kado itu di pinggir tempat tidurnya sampai akhir hayat. Kapan pun ia mengalami kekecewaan, marah atau beban yang berat, ia membayangkan ada ribuan ciuman dalam kotak itu yang mengingatkan cinta anak perempuannya.

Dan sesungguhnya kita telah menerima sebuah kotak emas penuh berisi cinta tanpa pamrih dari orang tua, istri/suami, anak, pasangan, teman dan sahabat kita. Tak ada yang lebih indah dan berharga dalam hidup ini selain cinta.

Disadur dari: Ana Lucia, A Little Girl and The Golden Box
readmore »»  
Diposting oleh Jejak siBidin di Jumat, Oktober 18, 2013 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Kamis, 17 Oktober 2013
In: Sport

Sejarah AC MILAN



Sejarah AC Milan

AC Milan adalah sebuah klub sepakbola asal Italia yang berbasis di kota Milan. Klub ini memiliki nama asli Associazione Calcio Milan Italia, namun biasa dipanggil AC Milan atau Milan saja. Stadion Milan adalah San Siro. Seragam kebesaran Milan adalah bergaris merah-hitam dan celana putih atau hitam. Hal ini membuat Milan dijuluki Rossoneri yang berarti merah-hitam. Pendukung Milan disebut dengan Milanisti.



Profil Lengkap, Sejarah, dan Prestasi AC Milan

AC Milan sendiri merupakan salah satu tim tersukses dalam sejarah persepakbolaan di Italia, Milan telah menjuarai Serie A 18 kali dan Piala Italia 5 kali. Selain itu Milan juga mampu meraih 7 gelar juara Liga Champions, dan hanya kalah dari Real Madrid sebagai pemegang gelar juara terbanyak di Liga Champions.


AC Milan ini didirikan pada tahun 1899, dengan nama awal Milan Cricket and Football Club oleh Alfred Edwards, seorang ekspatriat asal Inggris. Sebagai penghormatan terhadap asal-usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa Inggris pada nama kotanya (Milan) daripada menggunakan ejaan bahasa Italia, yaitu Milano. Alfred Edward sendiri akhirnya menjadi presiden pertama Milan. Sedangkan kapten pertama Milan adalah Herbert Kilpin.


AC Milan berkembang menjadi salah satu klub tersukses di daratan Italia. Sempat berada di bawah dominasi Juventus dan Torino pada tahun 30’ dan 40’-an, AC Milan menunjukkan kualitasnya pada dekade 50’-an. Salah satunya berkat adanya trio Swedia, Gre-No-Li, yakni Gunnar Gren, Gunnar Nordahl, dan Nils Liedholm.


Setelah era trio Gre-No-Li, pada decade 60’-an Milan dilatih oleh Nereo Rocco, yang disebut sebagai penemu taktik Catenaccio, yaitu taktik pertahanan grendel yang sulit ditembus. Pada era ini, Milan berhasil menyabet 2 gelar Liga Champions pada 1963 dan 1969 setelah masing-masing mengalahkan Benfica dan Ajax di final.

Pada 1979, Milan berhasil merebut gelar Serie A yang ke 10 sekaligus membuat Milan berhak menempel satu bintang di atas logo klubnya. Namun pada 1980, Milan harus terdegradasi ke Serie B setelah terlibat skandal judi Totonero. Beruntung, setelahnya Milan dibeli oleh seorang pengusaha Italia bernama Silvio Berlusconi. Berlusconi-lah yang mengubah skuad Milan sehingga mampu kembali ke puncak performanya.

Profil Lengkap, Sejarah, dan Prestasi AC Milan

Berlusconi menunjuk Arrigo Sacchi sebagai pelatih. Pada akhir 80-an dan awal 90-an Milan menjelma sebagai klub yang paling ditakuti di dunia dengan skuad yang komplit hingga diberi julukan The Dream Team. The Dream Team ini termasuk dengan trio Belanda yang berhasil merebut juara Piala Eropa 1988, yaitu Marco Van Basten dan Ruud Gullit di lini depan serta Frank RIjkaard di lini pertahanan. Ditambah dengan pemain top asli Italia, seperi Franco Baresi atau Roberto Donadoni, AC Milan menjadi sangat kuat. Milan mampu meraih 3 gelar Liga Champions pada 1989 dan 1990, serta tahun 1994 saat Milan dilatih oleh pelatih Italia, Fabio Capello. 

Pada awal 90-an ini, Milan mengukir rekor tersendiri dengan menjalani 58 pertandingan tanpa kekalahan atau sekitar 2 tahun. Hal ini menjadi rekor ketiga di sepakbola Eropa, hanya kalah dari Steau Bucharest dari Romania (104) dan Glasgow Celtic dari Skotlandia (68) yang persaingan liganya tidak sekompetitif Milan di Liga Italia.

Setelah era The Dream Team, Milan sempat mengalami masa suram pada akhir 90-an. Namun pada awal 2000-an, Milan bangkit. Milan berhasil menambah 2 gelar Liga Champions lagi setelah mengalahkan Juventus pada 2003 dan Liverpool pada 2007 di final. Milan pun total meraih 7 gelar Liga Champions, hanya kalah dari klub Spanyol, Real Madrid (9 kali). Milan juga mendapat symbol Badge of Honor sebagai klub besar Eropa yang sudah mengoleksi minimal 5 gelar Liga Champions.


Legenda Milan

AC Milan adalah salah satu klub di dunia yang memiliki banyak legenda. Pada dekade 50-an, ada trio Gre-No-Li dari Swedia, yaitu Gunnar Gren, Gunnar Nordahl dan Nils Liedholm. Selain itu juga terdapat nama-nama seperti Cesare Maldini, Gianni Rivera dan Jose Altafini setelah era trio Swedia. 

Profil Lengkap, Sejarah, dan Prestasi AC Milan

Dalam skuad The Dream Team pada akhir 80-an, Milan terkenal dengan trio Belanda, yaitu Marco Van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard. Van Basten bahkan mampu meraih 3 kali penghargaan Ballon d’Or. Pada barisan pertahanan, Milan memiliki kuartet pertahanan terkuat, yaitu Mauro Tasotti, Franco Baresi, Alessandro Costacurta, dan Paolo Maldini. Paolo Maldini sendiri adalah legenda Milan yang paling spesial karena sepanjang karirnya hanya memperkuat Milan saja. Maldini juga memegang rekor penampilan terbanyak bersama AC Milan.

Profil Lengkap, Sejarah, dan Prestasi AC Milan

Selain itu juga ada nama-nama terkenal lain, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, Dejan Savisevic, Zvonimir Boban, Jean-Pierre Papin, Marcel Desailly dan George Weah. Pada era milenium, terdapat 2 bintang Milan yang meraih penghargaan Ballon d’Or, yaitu Andriy Shevchenko pada 2004 dan Ricardo Kaka pada tahun 2007.

Pada penghujung musim 2011/2012, Milan membuat kebijakan untuk regenerasi dengan melepas pemain-pemain tuanya yang sudah menjadi legenda tim, seperti Filippo Inzaghi, Clarence Seedorf, Alessandro Nesta dan Gennaro Gattuso, menyusul Andrea Pirlo yang sudah dilepas satu musim sebelumnya.


Profil Lengkap, Sejarah, dan Prestasi AC Milan


Milan Saat Ini

Milan saat ini dilatih oleh Massimiliano Allegri. Meski sukses meraih juara Serie A di musim 2010/2011 saat pertama ditunjuk sebagai pelatih, namun Juventus berhasil merebutnya setahun setelahnya. Kini Allegri dituntut untuk merebut kembali gelar dari Juventus. 

Milan melakukan kebijakan penghematan uang dengan menjual 2 bintang utamanya, yaitu Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva ke PSG. Selain itu Milan juga melepas Antonio Cassano serta beberapa pemain tuanya seperti Inzaghi, Seedorf, Nesta dan Gattuso. Sebagai gantinya Milan merekrut Riccardo Montolivo, Nigel De Jong, Bojan Krkic, dan Giampaolo Pazzini untuk mendampingi skuad yang sudah ada saat ini seperti Kevin Prince Boateng, Robinho, Antonio Nocerino, dan lain-lain.


Rival

Milan memiliki banyak rival, baik di Italia maupun di luar Italia. Namun rival utama Milan tentunya adalah Inter Milan. Sama seperti Milan, Inter juga berbasis di kota Milan. Pertandingan keduanya disebut Derby Della Madonina. Keduanya berbagi stadion yang sama, yakni San Siro atau Giuseppe Meazza. Milan juga memiliki rivalitas dengan Juventus, AS Roma, serta Genoa.

Profil Lengkap, Sejarah, dan Prestasi AC Milan

Untuk luar Italia, rival Milan adalah Manchester United, Real Madrid, Barcelona, Liverpool serta Boca Juniors. RIvalitas ini disebabkan seringnya mereka bertemu baik di arena Liga Champions maupun Piala Interkontinental.



Profil Lengkap AC Milan


Profil Lengkap AC MilanNama Lengkap : Associazione Calcio Milan (AC Milan)
Basis : Milan, Italia
Didirikan : 16 Desember 1899
Julukan : I Rossoneri (Merah-Hitam), Il Diavolo Rosso (Setan Merah), Casciavit (Obeng)
Stadion : San Siro (80.000 kapasitas)
Pemilik : Silvio Berlusconi
Pelatih : Massimiliano Allegri
Warna kostum : Merah-Hitam




Prestasi

- Kompetisi Nasional

Serie A (18 kali) 1901; 1906; 1907; 1950-51; 1954-55; 1956-57; 1958-59; 1961-62; 1967-68; 1978-79; 1987-88; 1991-92; 1992-93; 1993-94; 1995-96; 1998-99; 2003-2004; 2010-2011
Piala Italia (5 kali) 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1976–77; 2002-03
Piala Super Italia (6 kali) 1988; 1992; 1993; 1994; 2004; 2011
Serie B (2 kali) 1980–81; 1982–83

- Kompetisi Eropa

Liga Champions (7 kali) 1962-63; 1968-69; 1988-89; 1989-90; 1993-94; 2002-03; 2006-07
Piala Super Eropa (5 kali) 1989; 1990; 1994; 2003; 2007
Piala Winners (2 kali) 1967–68; 1972–73

- Kompetisi Dunia

Piala Dunia Antar Klub (4 kali) 1969; 1989; 1990; 2007
readmore »»  
Diposting oleh Jejak siBidin di Kamis, Oktober 17, 2013 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Rabu, 16 Oktober 2013
In: Cerita Motivasi

Berimajinasi, bermain dan belajar



Sasha, anak saya yang pertama, punya sebuah “buku impian” yang ditulis diam2 di kamarnya. Kemarin, saya memperoleh privilege untuk membaca buku impian nya. Dan saya cukup kaget dengan apa yang ditulis anak saya. Isinya dahsyat. Mulai dari nama SMP favorit (dengan tulisan besar2 dibawahnya: Diterima!), nilai yang ingin dicapai lulus SD nanti, dengan siapa dia ingin menikah (ya, padahal dia baru 11 tahun), keinginan punya pesawat terbang sendiri, rumah di Hollywood dan Itali, bahkan dicantumkan juga punya uang sebesar $ 96 trilyun. Ya, dia menulis dalam dollar dan nol dua belas. Bapak nya saja tidak berani bermimpi se-dahsyat itu. Hampir saja saya nyletuk: “Emang kamu siapa? Paris Hilton?”

Saya jadi teringat cerita ikon internet marketing Indonesia, Anne Ahira, sewaktu mengikuti seminar internet marketingnya beberapa waktu lalu. Ahira kecil juga adalah pengkhayal yang hebat. Saking ingin nya keliling dunia, ia pernah menempelkan foto diri nya di kalender yang berisi gambar2 kota dunia. Jadi waktu kecil Ahira sudah punya “foto” dirinya didepan obyek wisata dunia, seperti misalnya di depan Golden Gate, Menara Eiffel, dsb. Gambar-gambar tadi di fotocopy dan ditempel di dinding. Ahira kecil ngotot, sekalipun Ibu nya mencoba meyakinkan bahwa keliling dunia hanyalah mimpi bagi anak seorang buruh pabrik dan penjual gado-gado.

Dan belakangan, Ahira dan Ibu nya menangis terharu setelah melihat foto Ahira yang dimuat di Kompas yang menggambarkan dia sedang di depan Golden Gate. Pose nya sama persis dengan foto khayalan Ahira sewaktu kecil. Luar biasa. Thoughts become Things.

Pikiran anak-anak memang sangat jernih. Saya yakin sewaktu kecil kita semua berani bermimpi dengan segala kepolosan kita. Tanpa ada ketakutan-ketakutan apakah mimpi kita akan menjadi nyata atau tidak. Barangkali konsep-konsep seperti: berpikir positif, law of attractions, dsb. sebenarnya sudah diinstall oleh Tuhan di otak kita semua sejak kita lahir. Hanya lambat laun pikiran jernih tadi hilang. Hingga saat kita dewasa, seringkali sangat sulit untuk diinstall ulang.

Anak-anak berpikir dengan cara yang berbeda dengan kita. Ada sebuah cerita, seorang konsultan yang sedang membantu memecahkan masalah disebuah perusahaan yang sudah listed di bursa suatu ketika ikut menghadiri manajemen meeting untuk memecahkan suatu masalah. Sang konsultan membuat sebuah titik di papan tulis. Dan bertanya:”gambar apa ini?”. Seluruh anggota manajemen kompak dengan jawaban:”sebuah titik hitam di papan tulis putih”. Sang konsultan tiga kali mengulang pertanyaan yang sama, dan mendapat jawaban yang sama. Sang konsultan pun geleng-geleng kepala.”Kemarin saya menanyakan pertanyaan yang sama disebuat TK, dan mendapat 50 jawaban yg berbeda…” Ya, bagi anak-anak, titik hitam tadi dapat menjadi mata seekor burung, bola semut, lalat nemplok, dsb. Kreatifitas para pemimpin puncak perusahaan tadi kalah jauh dengan anak TK. Padahal kreatifitas sangat diperlukan dalam memecahkan masalah.

Tidak heran jika Picasso sampai pernah berkata: “Every child is an artist. The challenge is to remain an artist after you grow up”. Ya, pelan-pelan kita berubah menjadi orang dewasa dengan meniadakan kehebatan cara berpikir anak-anak yang super kreatif itu.

Menurut pengamatan saya, anak-anak ternyata selalu menerapkan 3B yang seringkali sudah kita lupakan:

Berimajinasi

Anak-anak adalah gudang nya imajinasi. Hari ini mereka bisa menjadi guru, besok menjadi perawat, besok lagi menjadi pembalap, dsb. Hari ini bisa perang-perangan di tengah hutan, besok bisa di dalam pesawat angkasa. Imajinasi ternyata sangat penting dalam dunia pemasaran. Saya teringat cerita salah seorang teman saya yang pekerjaannya seorang marketer. Sebelum merumuskan strategi marketing. Bahkan jauh pada saat produk baru sedang di rumuskan, tim mereka berimajinasi. Misalnya dengan
membayangkan bahwa produk tadi adalah sesosok manusia. Berapa umurnya, apa hobby nya, pekerjaanya, kemana kalau “hang-out”, minumnya apa, makanya apa, dst. Ini yang kemudian menjadi bahan untuk mengembangkan materi-materi iklan. Karena sudah memiliki imajinasi tentang “karakter” produk tadi, maka penyusunan program marketing menjadi lebih mudah.

Buat anak-anak, tidak ada yang tidak mungkin. Imajinasi mereka spontan dan tidak terlalu memikirkan “the how” nya. Karena bagi anak-anak semuanya mungkin terjadi. Justru orang dewasa yang sering “menyabotase” pikiran jernih mereka dengan kata2: “ah, mana mungkin”.Bayangkan kalau cara berimajinasi anak-anak ini kita terapkan dalam menetapkan visi kita kedepan. Kita tidak akan diganggu dengan pikiran-pikiran negatif “ah mana mungkin” tadi.

Bermain

Bagi anak-anak semuanya hanyalah permainan. Dengan demikian tidak ada “masalah” bagi anak-anak. Semua hal bisa dilihat dari sisi yang menyenangkan. Lihat saja, sewaktu bencana banjir di Jakarta yang baru lalu, anak-anak yang justru ceria bermain di tengah banjir. Anak-anak lebih pandai melihat sisi menyenangkan dari setiap “persoalan”. Coba kalau ini kita terapkan dalam keseharian. Betapa “persoalan” akan lebih mudah kita hadapi. Semua menjadi permainan yang menyenangkan.

Saya dulu punya teman yang hampir putus asa karena punya banyak hutang. Saya juga sudah bingung mau ngomong apa. Ketika saya ucapkan kata-kata:” its just a game man …”, ternyata dia langsung bangkit kembali. Dia mendapat inspirasi bahwa bisnis yg dia jalani toh hanyalah permainan. Bahwa skor nya saat ini minus, hanyalah skor, dan mulai sekarang dia bisa bermain lebih bagus untuk mendapay skor yang lebih besar. Its just a game. And its fun!

Belajar

Siapa bilang anak-anak malas belajar. Justru mereka belajar setiap waktu. Saya pernah baca berita suatu penelitian di MIT yang menyimpulkan bahwa cara belajar anak2 itu seperti para scientist. Mereka sangat tertarik hubungan kausalitas. Bagaimana kalau saya melakukan ini, apa reaksi nya. Ini adalah dasar eksperimen. Dan banyak eksperimen yang mereka lakukan. Bagaimana kalau mobil-mobilan ini ban nya dicopot? Bagaimana kalau rambut boneka Barbie ini dipotong, dsb. Rasa ingin tahu yang besar ini, sebenarnya bisa menjadi pendorong kesuksesan yang luar biasa jika kita pertahankan hingga dewasa.

Anak-anak belajar secara alamiah untuk menjadi lebih baik. Seorang bayi yang belajar berjalan, setiap kali jatuh akan bangkit kembali. Berapa kali seorang anak terjatuh dari sepeda? Apakah dia akan berhenti dan meratap. Tidak, dia akan tertawa, bangkit lagi, dan bersepeda lebih baik. Ini adalah proses belajar yang luar biasa. Berani mencoba, berani jatuh dan berani mengevaluasi diri, ini yang sayangnya sering hilang pada saat kita menjadi manusia dewasa.

Jadi, kalau Anda sekarang adalah anak-anak, Anda mau menjadi siapa? Menjadi Spiderman? Batman? Donald Trump? Atau mau jadi Paris Hilton? Selamat berimajinasi.

Sumber : Fauzi Rachmanto
readmore »»  
Diposting oleh Jejak siBidin di Rabu, Oktober 16, 2013 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Tentang Nomor punggung



TopikTerupdate - Bagi pemain-pemain tertentu, nomor punggung dalam sebuah jersey sepakbola dianggap sebagai suatu keharusan dan sakral. Terdapat makna dan fakta unik di balik nomor punggung yang selama ini banyak digunakan dalam dunia sepakbola. Mulai dari simbol pemimpin di dalam lapangan hijau, hingga nomor-nomor yang memiliki cerita berbau mistis dan takhyul yang diyakini akan memberikan keberuntungan bagi si pemakai. Berikut ini akan kami sajikan makna-makna dan fakta menarik di balik nomor-nomor punggung tersebut. 
 Check this out, SoccerLovers: 



1. Nomor Punggung 1 [Satu]: Si Pemikul Tekanan Contoh pemakai: Gianluigi Buffon [Juventus/Italia] Nomor punggung ini banyak digunakan oleh pemain yang berposisi sebagai penjaga gawang utama di sebuah klub sepakbola. Nomor ini diyakini sering menimbulkan tekanan dikarenakan si pemakai dianggap sebagai orang terakhir sekaligus yang paling dipercaya untuk menggagalkan serangan tim lawan. 

2. Nomor Punggung 4 [Empat]: Sang Pemimpin Contoh pemakai: Fernando Hierro [Mantan Kapten Real Madrid/Spanyol] Sebagian besar pemain yang menggunakan nomor punggung 4 [empat] adalah mereka yang dianggap sebagai pemimpin di dalam lapangan. Si pemakai nomor 4 juga kerap berfungsi sebagai wakil pelatih yang bertugas mengkoordinir dan menerjemahkan strategi sang pelatih ketika bertanding. 

3. Nomor Punggung 7 [Tujuh]: Si Pemenuh Ekspektasi Contoh pemakai: Cristiano Ronaldo [Real Madrid/Portugal] Nomor punggung 7 [tujuh] selalu dikaitkan sebagai pemain jempolan yang selalu bersinar di setiap saat. Si pemakai nomor 7 kerap dijadikan sebagai pemenuh ekspektasi tinggi petinggi dan fans sebuah klub sepakbola. Manchester United adalah salah satu tim yang dikenal memiliki pemain keramat bernomor 7 seperti Eric Cantona, David Beckham, dan Cristiano Ronaldo. 

4. Nomor Punggung 8 [Delapan]: Penyeimbang Tim Contoh pemakai: Antonio Conte [Pelatih Juventus/Italia], Claudio Marchisio [Juventus/Italia], Frank Lampard [Chelsea], Steven Gerrard [Liverpool/Inggris] Angka 8 [delapan] dalam jersey sepakbola selalu identik dengan pemain tengah yang berfungsi sebagai penyeimbang antara lini belakang dan lini depan sebuah tim sepakbola. Selain itu nomor 8 ini juga dikenang sebagai nomor punggung milik salah satu legenda klub. 

5. Nomor Punggung 9 [Sembilan]: 'Predator' Haus Gol dan Sang Idola Contoh pemakai: Alan Shearer [Mantan Pemain Newcastle United/Inggris], Filippo Inzaghi [Mantan Pemain AC Milan/Italia], Radamel Falcao [Atletico Madrid/Kolombia], Ronaldo Luis Nazario Da Lima [Legenda Brasil] Nomor 9 [sembilan] kerap diberikan kepada seorang striker murni yang memiliki insting mematikan dan haus gol jika berada di kotak penalti lawan. Disamping itu, nomor ini juga diidentikkan dengan pemain idola para fans klub sepakbola di seluruh penjuru dunia. 

6. Nomor Punggung 10 [Sepuluh]: Si Tokoh Utama yang Paling Ditakuti 10 [sepuluh] dianggap sebagai nomor yang paling keramat dalam sepakbola. Nomor ini biasanya dikenakan oleh si tokoh utama sebuah klub sepakbola. Tak terhitung banyaknya nama-nama besar yang pernah mengenakan nomor keramat ini, sebut saja Lionel Messi di jaman sepakbola modern saat ini. Di tanah Italia, nomor 10 kerap dianggap sebagai 'la Bandiera' atau simbol utama sebuah klub. Sebut saja Francesco Totti atau Alessandro Del Piero ketika masih berseragam Juventus, atau bahkan Roberto Baggio yang pernah mengenakan nomor keramat ini untuk 3 tim besar Serie A Italia [AC Milan, Inter Milan, dan Juventus]. 

7. Nomor Punggung 11 [Sebelas]: Yang Diharapkan Contoh pemakai: Oscar [Chelsea/Brasil], Ryan Giggs [Manchester United/Wales] Nomor punggung 11 [sebelas] ini biasanya dipakai oleh pemain yang diharapkan mampu menjadi bintang besar seiring berjalannya waktu. Namun terkadang nomor ini juga diberikan kepada seorang winger atau 'sang super-sub'. 

8. Nomor Punggung 18 [Delapan Belas]: Alternatif si Nomor 9 Nomor 18 identik dengan nomor punggung dari striker pelapis tim inti atau nomor alternatif bagi striker murni yang tidak bisa memakai nomor punggung 9 dikarenakan sudah ada yang lebih dulu memakainya di skuad reguler sebuah tim sepakbola. Ada kisah menarik dari Ivan Zamorano dan Gabriel Batistuta perihal nomor 18 ini. Zamorano, yang waktu itu membela Inter Milan, harus 'terpaksa' merelakan nomor punggung 9-nya kepada sang idola baru publik Giuseppe Meazza yakni Ronaldo Da Lima. Ia, Zamorano, akhirnya memilih mengenakan jersey bernomor punggung 18 dengan menambahkan simbol '+' [plus] di antara angka 1 dan 9, yang mempunyai makna 1 + 8 = 9. Lain halnya dengan Batistuta yang harus bertengkar karena menginginkan nomor punggung 9 ketika ia bergabung dengan AS Roma, yang waktu itu sudah melekat di diri Vincenzo Montella. Bahkan Il Capitano Roma, Totti, menawarkan nomornya yaiut 10 untuk meredakan perselisihan tersebut namun kedua pemain menolaknya. Akhirnya Batistuta dengan bijaksana memilih untuk mengenakan nomor punggung 18. 


9. Nomor Punggung 23 [Dua Puluh Tiga]: Beckham, dan Bend it Like Michael Jordan Nomor 23 [dua puluh tiga] ini menjadi populer ketika sang megastar asal Inggris, David Beckham, memakainya ketika pindah ke Real Madrid. Becks menyadari bahwa ia tidak mungkin mengenakan nomor 7 keberuntungannya karena nomor tersebut telah identik dengan 'Sang Pangeran Madrid', Raul Gonzalez. Alasan lain Beckham memilih nomor punggung 23 adalah rasa kagumnya terhadap legenda NBA Michael Jordan yang memang identik dengan nomor tersebut. Hingga kini pun Beckham akhirnya lebih memilih nomor punggung 23 di balik jersey yang ia kenakan. 

10.Nomor Punggung 99 [Sembilan Puluh Sembilan]: Penuh dengan Takhyul Contoh pemakai: Antonio Cassano [Ac Milan/Italia] Pemilihan nomor 99 [sembilan puluh sembilan] baru melambung di era sepakbola modern seperti sekarang ini. Mereka yang memakai nomor 99 mempunyai alasan dan takhyul yang mereka percayai akan membawa keberuntungan. Hal ini juga berlaku untuk nomor-nomor besar di atas angka 30 seperti 32, 33, 44, 45, 55, 66, 69, 77, 78, 88, atau 89. Namun tidak semua orang beranggapan seperti itu. Mick Quinn, mantan pemain Newcastle United, menganggap hal ini adalah sebuah kekonyolan dan penghinaan terhadap sepakbola. "Saya melihat ada anak yang memakai nomor 62 atau 99, itu seperti meledek dan menghina permainan ini," ucap Quinn.
readmore »»  
Diposting oleh Jejak siBidin di Rabu, Oktober 16, 2013 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Anjing Kecil

Seekor anak anjing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika dia mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya. Kata kuda itu : “Kamu pasti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui kalau pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya”, ujarnya dengan sinis.

Anjing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi, lalu dia mendengar seekor sapi di kandang sebelah berkata : “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab nyonya di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini”, dengan nada mencemooh.

Teriak seekor domba : “Hai sapi, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya, saya memberi mantel bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi omonganmu soal anjing kecil itu, kayanya kamu memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di sini.”

Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam percakapan itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikus-tikus pengerat dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu adalah mahluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, anjing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya, sedih rasanya sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan lagi…..

Ada seekor anjing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu menyimak keluh kesah si anjing kecil itu.

“Saya tidak dapat memberikan pelayanan kepada keluarga disini, sayalah hewan yang paling tidak berguna disini.”

Kata anjing tua itu : “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, kamu tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu, tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan. ”

Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh di panas terik matahari, anjing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan anjing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria.

Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, serta berkata : “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini, kamu sungguh yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini, kecil kecil kamu telah mengerti artinya kasih……. ..”

Jangan sedih karena kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain karena memang tidak memiliki kemampuan untuk itu, tetapi apa yang kamu dapat lakukan, lakukanlah itu dengan sebaik-baiknya. …

Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak melakukan beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati akan ditinggikan.



readmore »»  
Diposting oleh Jejak siBidin di Rabu, Oktober 16, 2013 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Bersabar Menunggu Panggilan

Ka'bah
Seorang pria berumur 61 tahun bernama Asep Sudrajat menghidupi keluarganya dengan membuka sebuah toko berukuran 3 x 4 meter di sebuah jalan di kota Bandung. Tiada yang mendampingi hidupnya di rumah selain Asih, istrinya. Sudah puluhan tahun berumah tangga, Allah Swt Sang Maha Pencipta belum berkenan memberikan mereka keturunan.

Namun baik Asep dan Asih adalah model makhluk Tuhan yang menerima segala ketetapan. Mereka selalu menghiasi hidup dengan pengharapan terhadap Tuhan. Bersyukur atas segala nikmat yang mereka terima, dan bersabar atas segala ujian yang diberikan. Hampir dua puluh tahun mereka menabung demi mewujudkan cita-cita. Sebuah cita-cita mulia yang mereka tanamkan dalam hati, untuk berangkat haji ke Baitullah, Mekkah Al Mukarramah. Dengan hasil dagang di toko yang seadanya, sedikit demi sedikit mereka sisihkan untuk menggapai cita-cita itu. Hanya ibadah haji saja dalam benak mereka yang belum pernah mereka lakukan.

Keinginan itu terus membuncah, menggelegak dalam dada seorang hamba yang rindu akan keridhaan Tuhannya. Hasil tabungan yang mereka kumpulkan tidak mereka tabung di bank. Sengaja uang sejumlah itu mereka simpan agar dapat memotivasi semangat mereka untuk
mencari tambahan uang sesegera mungkin. Sungguh dua puluh tahun dalam menabung, merupakan masa yang cukup panjang untuk bersabar demi mewujudkan ketaatan kepada Tuhan. Tidak banyak, manusia modern di zaman sekarang yang mampu memiliki niat sedemikian.

Malam itu, Asep dan Asih sekali lagi menghitung jumlah tabungan mereka. Uang yang mereka simpan untuk berhaji itu kini berjumlah Rp. 50.830.000. Sementara biaya haji pada saat itu berkisar kurang lebih Rp 27 juta per orang, belum lagi biaya bimbingan haji yang harus
mereka ikuti, ditambah dengan uang jajan tambahan untuk membeli oleh-oleh. Mereka menghitung, kurang lebih mereka memerlukan dana berkisar Rp 10 juta.

Setiap malam berlalu, Asep dan Asih selalu menghitung peruntungan jualan mereka, dan sebagiannya mereka sisihkan untuk mewujudkan cita-cita berhaji. Suatu pagi, Asep mendengar kabar bahwa kawan karibnya dalam berjamaah shalat di Masjid As Shabirin jatuh sakit secara mendadak dan kini dirawat di RS. Dr. Hasan Sadikin. Setelah divisum oleh dokter rupanya
penyakit yang diderita tetangga sekaligus kawan karibnya itu adalah penyakit tumor tulang. Sebuah penyakit yang jarang terjadi pada masyarakat Indonesia.

Bersegeralah, Asep menjenguk kawan karibnya itu. Sesampainya di sana, sahabat tersebut masih berada di ruang ICU dan untungnya masih sadarkan diri sehingga dapat melakukan percakapan dengan Asep. Dari penuturannya Asep mengetahui bahwa tumor tulang tersebut telah membuat tetangganya tidak mampu untuk berdiri lagi, dan tumor tersebut harus diangkat segera. Sebab bila tidak, maka tumor tersebut dapat menjalar ke bagian tubuh lain. Asep bergidik mendengarnya. Namun ia masih terus membesarkan hati sahabatnya itu untuk senantiasa tawakkal dan berdoa kepada Allah Swt Yang Maha Menyembuhkan setiap penyakit hamba-Nya.

Hampir setiap hari Asep menjenguk sahabatnya itu. Pada hari kedelapan, sahabatnya itu telah dipindah ke ruang rawat inap kelas 3, bersama tujuh pasien lainnya dalam satu kamar. Kamar tersebut pengap dengan bau obat, dan tidak layak disebut sebagai kamar rumah sakit.
Pemandangan yang berantakan. Jemuran baju pasien dan pendamping yang bertebaran di sepanjang jendela. Seprai kasur yang tidak rapi. Tikar dan koran bertebaran di pojok-pojok kamar. Itu semua membuat pemandangan kamar menjadi tidak asri dan pengap. Namun apa mau dikata, tetangganya adalah seorang yang mungkin memilik nasib sama dengan jutaan orang di
Indonesia. Sudah masuk rumah sakit saja Alhamdulillah, nggak tahu bayarnya pakai apa?

Hari itu adalah hari kesebelas sahabatnya dirawat di rumah sakit. Kebetulan Asep sedang berada di sana, seorang perawat membawakan sebuah surat dari rumah sakit bahwa untuk membuang tumor yang berada di sendi-sendi tulang pasien haruslah dijalankan sebuah
operasi. Operasi itu akan menelan biaya hampir Rp 50 juta. Bila keluarga pasien mengharapkan kesembuhan, maka operasi tersebut harus dilakukan. Namun kalau mau berpasrah kepada takdir Tuhan, maka tinggal berdoa saja agar terjadi keajaiban.

Siapa orangnya yang tidak mau sembuh dari penyakit? Semua orang pun berharap sedemikian. Namun mau bilang apa? Keluarga sahabat Asep tersebut sudah menguras habis tabungan yang mereka miliki, namun itu semua untuk bayar biaya rumah sakit selama ini saja tidak
cukup. Apalagi untuk membiayai proses operasi? Sungguh, yang mampu mereka lakukan adalah memohon pertolongan kepada Allah Swt. Hari kedua belas, ketiga belas, keempat belas….
kondisi pasien semakin parah. Badannya terlihat kurus tak bertenaga. Kelemahan itu terlihat jelas dalam sorot cahaya mata yang kian meredup. Sang pasien tidak mampu lagi menanggapi lawan bicara. Tumor itu semakin mengganas dan menjalar ke seluruh tubuh. Pemandangan
itu semakin menyentuh relung hati Asep yang terdalam. Maka di pinggir ranjang sahabatnya, Asep pun mengambil sebuah keputusan besar.

Setelah berpamitan dengan keluarga sahabatnya, ia bergegas pulang menuju rumah. Di sana terlihat olehnya Asih sedang melayani pembeli yang datang ke toko sederhana milik mereka. Saat pembeli sudah sepi, Asep lalu menyampaikan keputusannya itu kepada Asih. “Bu…, Kang Endi tetangga kita yang sedang di rawat di rumah sakit itu kondisinya semakin memburuk. Bapak tidak sanggup melihat penderitaannya. Sepertinya kita harus bantu dia dan keluarganya. Tiga hari lalu, kebetulan bapak sedang di sana, seorang suster memberitahukan bahwa Kang Endi harus dioperasi segera. Keluarganya belum berani menyatakan iya, sebab biaya
operasi itu hampir Rp 50 juta….” Asep membuka pembicaraannya dengan kalimat yang panjang.
Asih pun mulai merasa iba dengan penderitaan Kang Endi dan keluarganya, “Kasihan mereka ya, Pak! Kita bisa bantu apa…?” Asep pun langsung menyambung dengan cepat, “Kalau ibu berkenan, bagaimana bila dana tabungan haji kita diberikan saja kepada mereka semua
untuk biaya operasi?” Kalimat itu diakhiri dengan sebuah senyum merekah di bibir Asep. “Diberikan….?!! Waduh pak…, hampir dua puluh tahun kita nabung dengan susah payah agar cita-cita berhaji dapat diwujudkan. Masa bisa pupus seketika dengan membantu orang lain yang bukan saudara kita?” Asih mengajukan penolakan atas usulan suaminya.

“Bu…., banyak orang yang berhaji belum tentu mabrur di sisi Allah. Mungkin ini adalah jalan buat kita untuk meraih keridhaan Allah Swt. Biarkan kita hanya berhaji di pekarangan rumah kita sendiri, tidak perlu ke Baitullah. Bapak yakin bila kita menolong saudara
kita, Insya Allah, kita akan ditolong juga oleh Dia Yang Maha Kuasa.” Kalimat itu meluncur dari mulut Asep dan menohok relung hati Asih sehingga begitu membekas di dasarnya. Tak kuasa, Asih pun mengangguk dan setuju atas usul suaminya.

Keesokan pagi, Asep dan Asih pun datang berdua ke rumah sakit untuk menjenguk. Toko mereka ditutup hari itu. Mereka berdua datang ke rumah sakit dengan membawa sebuah amplop tebal berisikan uang sejumlah Rp 50 juta yang tadinya mereka siapkan untuk berhaji.
Keduanya tiba di rumah sakit dan menjumpai Kang Endi dan keluarganya di sana. Usai membacakan doa untuk pasien, keduanya datang kepada istri Kang Endi. Mereka
serahkan sejumlah uang tersebut, dan suasana menjadi haru seketika. Bagi keluarga Kang Endi ini adalah moment dimana doa diijabah oleh Tuhan. Sementara bagi Asep dan Asih, ini merupakan saat dimana keikhlasan menolong saudara harus ditunjukkan. Lalu pulanglah
Asep dan Asih ke rumah setelah berpamitan kepada keluarga.

Uang itu kemudian segera dibawa oleh salah seorang anggota keluarga ke bagian administrasi rumah sakit. Formulir kesediaan menjalani operasi telah diisi. Besok pagi jam 08.00 operasi pengangkatan tumor di sendi-sendi tulang Kang Endi akan dilakukan. Alhamdulillah!
Esoknya Kang Endi sudah dibawa ke ruang operasi.Sebelum dioperasi, dokter spesialis tulang yang selama ini menangani Kang Endi sempat berbincang dengan keluarga. “Doakan ya agar operasi berjalan lancar dan Pak Endi semoga lekas sembuh! Kalau boleh tahu…, darimana dana operasi ini didapat?” Dokter mencetuskan pertanyaan tersebut, karena ia tahu sudah berhari-hari pasien tidak jadi dioperasi sebab keluarga tidak mampu menyediakan dananya.

Istri Kang Endi menjawab, “Ada seorang tetangga kami bernama pak Asep yang membantu, Alhamdulillah dananya bisa didapat, Dok!” “Memangnya, beliau usaha apa? Kok mau membantu dana hingga sebesar itu?” Dibenak dokter, pastilah pak Asep adalah seorang pengusaha sukses.
“Dia hanya punya usaha toko kecil di dekat rumah kami. Saya saja sempat bingung saat dia dan istrinya memberikan bantuan sebesar itu!” Istri Kang Endi menambahkan.

Di dalam hati, dokter kagum dengan pengorbanan pak Asep dan istrinya. Hatinya mulai tergerak dan berkata, “Seorang pak Asep yang hanya punya toko kecil saja mampu membantu saudaranya. Kamu yang seorang dokter spesialis dan kaya raya, tidak tergerak untuk membantu sesama.” Suara hati itu terus membekas dalam dada pak dokter. Pembicaraan itu usai, dan dokter pun masuk ke ruang operasi.

Alhamdulillah operasi berjalan sukses dan lancar. Ia memakan waktu hingga 4 jam lebih. Semua tumor yang berada pada tulang Kang Endi telah diangkat. Seluruh keluarga termasuk dokter dan perawat yang menangani merasa gembira. Kang Endi tinggal menjalani masa penyembuhan pasca
operasi. Pak Asep masih sering menjenguknya. Suatu hari kebetulan pak dokter sedang memeriksa kondisi Kang Endi dan pak Asep pun sedang berada di sana. Keduanya pun berkenalan. Pak dokter memuji keluasan hati pak Asep. Pak Asep hanya mampu mengembalikan pujian itu kepada Pemiliknya, yaitu Allah Swt. Hingga akhirnya, pak dokter meminta alamat rumah pak Asep secara tiba-tiba.

Beberapa minggu setelah Kang Endi pulang dari rumah sakit. Malam itu, Asep dan Asih tengah berada di rumahnya. Toko belum lagi ditutup, tiba-tiba ada sebuah mobil sedan hitam diparkir di luar pagar rumah. Nampak ada sepasang pria dan wanita turun dari mobil tersebut. Cahaya lampu tak mampu menyorot wajah keduanya yang kini datang mengarah ke rumah pak Asep.
Begitu mendekat, tahulah pak Asep bahwa pria yang datang adalah pak dokter yang pernah merawat sahabatnya kemarin.

Gemuruh suasana hati Asep. Ia terlihat kikuk saat menerima kehadiran pak dokter bersama istrinya. Terus terang, seumur hidup, pak Asep belum pernah menerima tamu agung seperti malam ini. Maka dokter dan istrinya dipersilakan masuk. Setelah disuguhi sajian ala kadarnya, maka mereka berempat terlibat dalam pembicaraan hangat. Tidak lama
pembicaraan kedua keluarga itu berlangsung. Hingga saat pak Asep menanyakan maksud kedatangan pak dokter dan istri. Maka pak dokter menjawab bahwa ia datang hanya untuk bersilaturrahmi kepada pak Asep dan istri.

Pak dokter menyatakan bahwa ia terharu dengan pengorbanan pak Asep dan istri yang telah rela
membantu tetangganya yang sakit dan memerlukan dana cukup besar. Ia datang bersilaturrahmi ke rumah pak Asep hanya untuk mengetahui kondisi pak Asep dan belajar cara ikhlas membantu orang lain yang sulit ditemukan di bangku kuliah. Semua kalimat yang diucapkan oleh pak dokter dielak oleh pak Asep dengan bahasa yang selalu merendah.

Tiba saat pak dokter berujar, “Pak Asep dan ibu…., saya dan istri berniat untuk melakukan haji tahun depan. Saya mohon doa bapak dan ibu agar perjalanan kami dimudahkan Allah Swt… Saya yakin doa orang-orang shaleh seperti bapak dan ibu akan dikabul oleh Allah…” Baik Asep dan Asih menjawab serentak dengan kalimat, “Amien…!”  Pak dokter menambahkan, “Selain itu, biar doa bapak dan ibu semakin dikabul oleh Allah untuk saya dan istri, ada baiknya bila bapak dan ibu berdoanya di tempat-tempat mustajab di kota suci Mekkah dan Madinah…” Kalimat yang diucapkan pak dokter kali ini sama-sama membuat bingung Asep dan Asih sehingga
membuat mereka berani menanyakan, “Maksud pak dokter….?” “Ehm…, maksud saya, izinkan saya dan istri mengajak bapak dan ibu Asep untuk berhaji bersama kami dan berdoa di sana sehingga Allah akan mengabulkan doa kita semua!”

Kalimat itu berakhir menunggu jawaban. Sementara jawaban yang ditunggu tidak kunjung datang hingga air mata keharuan menetes di pipi Asep dan Asih secara bersamaan. Beberapa menit keharuan meliputi atmosfir ruang tamu sederhana milik Asep dan Asih. Seolah bagai
rahmat Tuhan yang turun menyirami ruh para hamba-Nya yang senantiasa mencari keridhaan Tuhan. Asep dan Asih hanya mampu mengucapkan terima kasih
berulang-ulang. Usai pak dokter pulang, keduanya tersungkur sujud mencium tanah tanda rasa syukur yang mendalam mereka sampaikan kepada Allah Yang Maha Pemurah. Akhirnya, mereka berempat pun menjalankan haji di Baitullah demi mencari keridhaan Allah Azza wa
Jalla.

Sungguh, kesabaran panjang yang diakhiri dengan pengorbanan kebaikan, akan berbuah di tangan Allah Swt menjadi balasan yang besar dan anugerah yang tiada terkira.
readmore »»  
Diposting oleh Jejak siBidin di Rabu, Oktober 16, 2013 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Selasa, 15 Oktober 2013
In: Cerita Motivasi

Berfokus Pada Kelebihan Diri

“Anak-anak, coba tuliskan tiga kelebihanmu, ” kata seorang guru yang hari itu menjadi pembimbing retreat bagi anak-anak sekolah dasar. Menit demi menit berlalu namun anak-anak itu seakan masih bingung.
Dengan setengah berakting, sang guru kemudian bersuara keras : “Ayo, tuliskan! Kalau ngga, kertasmu saya sobek lo.” Anak-anak manis itu seketika menjadi salah tingkah.

Beberapa di antara mereka, memang tampak mulai menulis. Salah satu di antara mereka menulis di atas kertas, “Kadang-kadang nurutin kata ibu. Kadang-kadang bantu ibu. Kadang-kadang nyuapin adik makan.”

Penuh rasa penasaran, sang guru bertanya kepadanya : “Kenapa tulisnya kadang-kadang? “. Dengan wajah penuh keluguan, sang bocah hanya berkata : “Emang cuma kadang-kadang, pak guru”

Ketika semua anak telah menuliskan kelebihan dirinya, sang guru kemudian melanjutkan instruksi berikutnya : “Sekarang anak-anak, coba tuliskan tiga kelemahanmu atau hal-hal yang buruk dalam dirimu.”

Seketika ruangan kelas menjadi gaduh. Anak-anak tampak bersemangat. Salah satu dari mereka angkat tangan dan bertanya : “Tiga saja, pak guru?”. “Ya, tiga saja!” jawab pak guru. Anak tadi langsung menyambung : “Pak guru, jangankan tiga, sepuluh juga bisa!”.

Apa pelajaran yang bisa kita petik dari cerita sederhana itu? Saya menangkap setidaknya ada beberapa hal penting yang bisa kita pelajari. Salah satunya, kita sering tidak menyadari apa kelebihan diri kita karena lingkungan dan orang di sekitar kita jauh lebih sering mengkomunikasikan kepada kita kejelekan dan kekurangan kita.

Baru-baru ini, saya dan istri saya menyaksikan di sebuah televisi swasta pertunjukkan seni dari para penyandang cacat. Kami benar-benar terharu. Ada orang buta yang begitu piawai bermain piano atau kecapi. Pria tanpa lengan dan wanita muda yang tuli dapat menari dengan begitu indahnya. “Luar biasa, dia bisa menari dengan penuh penghayatan. Yang membuat saya heran, dia kan tuli tapi kok bisa mengikuti irama lagu dengan sangat tepat?”, kata istri saya terkagum-kagum.

Seorang pria buta yang bernyanyi dengan nada merdu sempat berkata, “Saudaraku, saya memiliki dua mata seperti Anda. Namun yang ada di depan saya hanyalah kegelapan. Ibu saya mengatakan saya bisa bernyanyi, dan ia memberi saya semangat untuk bernyanyi.”

Benarlah apa yang dikatakan Alexander Graham Bell : “Setelah satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka; tetapi kerap kali kita terlalu lama memandangi dan menyesali pintu yang telah tertutup sehingga kita tidak melihat pintu yang telah dibuka untuk kita.”

Fokuskan perhatian pada kelebihan kita dan bukan kelemahan kita.
readmore »»  
Diposting oleh Jejak siBidin di Selasa, Oktober 15, 2013 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Apa Yang Kita Sombongkan?

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, “Apa yang sedang Anda lakukan?”

Sang Guru menjawab, “Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka.

Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya.”

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence) . Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala “tampak luar” lainnya. Yang kini kita lihat adalah “tampak dalam”. Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri.

Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?
readmore »»  
Diposting oleh Jejak siBidin di Selasa, Oktober 15, 2013 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Postingan Lebih Baru
Langganan: Komentar (Atom)
Copyright © 2012 Catatan siBidin |